Sering kali, orangtua terus berkutat dengan masalah
kedisiplinan yang idealnya selalu dipatuhi anak-anak. Orangtua terkadang harus
memaksa anak-anaknya untuk disiplin di rumah, menghormati orangtua, bicara
dengan nada yang santun, rajin belajar, tidur siang tepat waktu, yang intinya
mengatur semua gerak-gerik Si Kecil. Namun, harus tetap ingat, kedisiplinan
yang Anda maksud tak hanya melakukan koreksi pada tingkah laku anak-anak saja.
Tapi juga mengajarkan kepada mereka cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta
peduli akan lingkungannya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi orang yang
berhasil di kemudian hari. Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat Anda
lakukan untuk membantu anak-anak mendisiplinkan dirinya.
1. Tegas
Jika Anda melarang anak-anak untuk tidak melakukan
sesuatu, buatlah alasan-alasan yang masuk akal, dengan memberikan penjelasan
dan bimbingan padanya. Anak jaman sekarang pasti tidak akan mau menerima alasan
seperti, "Jangan duduk di depan pintu, pamali!" Atau, "Jangan
main terlalu sore, nanti diculik Kalong Wewe!" Beritahu alasannya, kenapa
dia tidak bisa duduk di depan pintu atau bermain sore-sore, menjelang malam.
2. Jangan Plin
Plan
Pada dasarnya, Si Kecil akan meniru apa yang orang dewasa
lakukan. Begitu pun jika Anda dan pasangan bertindak plin-plan terhadap suatu
keputusan. Misalnya, Anda tak setuju dia melompat-lompat di tempat tidur,
sementara pasangan Anda membiarkannya. Hal ini hanya akan membuat dia bingung,
akibatnya dia jadi mengabaikan ketidaksetujuan Anda. Jadi, buatlah kesepakatan
keputusan dengan pasangan agar anak-anak jadi mudah dalam bersikap.
3. Ajak Kompromi
Anak-anak tak selalu bisa mengatasi dan membedakan antara
persoalan yang besar dan kecil. Sesekali, berkompromi dan mengertilah diri
mereka. Tindakan kompromi akan membuat anak-anak menjadi lebih mudah menghadapi
persoalan yang lebih besar nantinya. Misalnya, jika dia lalai menengok ke
kiri-kanan saat akan menyeberang jalan, lain kali dia tak akan begitu lagi.
Jika Anda keberatan dengan sikapnya, nyatakan dengan jelas. Misalnya,
"Berhentilah melempar-lempar mainanmu, Nak!" Tapi, jangan katakan,
"Hei, mainannya jangan dilempar-lempar, dong!"
4. Beri Bimbingan
Jika anak Anda mengobrak-abrik buku dari lemari yang ada
di ruang keluarga, katakan saja, "Maukah kamu berhenti 'bermain' buku?
Baca saja, ya di kamarmu?" Jika dia tak memedulikan perkataan Anda, dengan
cara yang lembut namun tegas, Anda bisa membimbingnya ke kamar dan katakan
padanya, dia bisa kembali ke ruang keluarga jika mau mendengarkan kata-kata
Anda.
5. Beri Peringatan
Jika anak tahu aturan yang telah Anda buat, pada usia
tertentu, Anda hanya perlu bertanya padanya, ketika melakukan pelanggaran. dia
akan langsung merasa segan pada Anda, karena ada konsekuensi atau sanki yang
harus diterimanya segera, setelah pelanggaran dibuat. Jika Anda terbiasa
membuat batasan peringatan sampai hitungan 5, kali ini kurangi sampai hitungan
ke 3, sehingga anak akan belajar untuk segera mengubah sikap setelah diberi
peringatan.
6. Berikan Alasan
Jika anak bermain-main dengan benda tajam, Anda tentu
harus lebih berhati-hati memperingatinya. Terangkan dengan bahasa yang jelas
dan sederhana, apa yang akan Anda lakukan dan sebutkan alasannya. Misalnya,
"Mama simpan pisaunya ya, Sayang, nanti bisa melukai tanganmu!" Atau,
"Mama minta kamu jangan main air ya, nanti lantainya jadi licin dan bisa
bikin kamu terjatuh."
7. Jangan Tunda
Hukuman
Jika Anda ingin menghukum anak yang tidak disiplin,
hukumlah segera setelah Anda tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai Anda
menunda memberi hukuman padanya. Sebab, anak-anak tidak akan mau menerima
hukuman beruntun atau mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik,
seperti menyapu lantai, merapikan tempat tidur, tidak main play station atau
barbie, atau membersihkan kamar mandi.
8. Tetap Tenang
Marah sambil berteriak, membentak, atau menceramahi anak
tanpa henti, akan membuat Anda menjadi orang yang melakukan tindak kekerasan
verbal terhadap anak. Tindakan ini justru bisa merusak rasa penghargaan diri
pada anak Anda. Akibatnya, anak jadi tidak memiliki rasa pede di ahdapan
orangtuanya.
9. Bertekuk Lutut (Mensejajarkan
Pandangan)
Menunduklah saat berbicara pada Si Kecil, terutama saat
memberi kritikan padanya. Tekuklah lutut Anda atau ambil posisi duduk di
hadapnnya, agar pandangan mata Anda sejajar dengannya. Dengan sikap seperti
ini, Anda tak perlu merasa khawatir akan kehilangan respek darinya. Justru
sebaliknya, dia akan semakin menghormati dan menghargai Anda sebagai orangtua.
10. Jangan Ceramah
Ajaklah Si Kecil ngobrol dan berdiskusi, dari pada
diceramahi panjang lebar. Meskipun tampaknya pernyataan ini tidak bernada
keras, seperti, "Sudah berkali-kali Mama bilang ..." Atau,
"Setiap saat kamu kok ...", tetap memberi kesan seolah-olah dia
ditakdirkan untuk selalu mengecewakan Anda, apapun yang dia perbuat. Cobalah
Gulirkan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Merokok, kan, enggak baik untuk
anak-anak, ya ? " Atau, "Apakah kamu suka jika temanmu mengganggu
terus di sekolah, Nak?" KRITIKLAH sikapnya, jangan salahkan dirinya.
11. Tunjukkan
Sikap Positif
Terlalu banyak waktu Anda yang terbuang jika hanya
mengkritik sikap buruk Si Kecil. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk
memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda harus
mengucapkan, "Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan
menyimpannya di tempat semula."
12. Bermain
Bersama
Jika sempat, tak ada salahnya Anda meluagkan waktu
sebenatr dan ikut bermain-main denganyya. Buatlah permainan bernuansa
perlombaan semacam "siapa cepat dia dapat." Permainan ini akan
melatih anak Anda bertindak cepat setelah ada aba-aba dari Anda, atau yang dia
ucapkan sendiri.
13. Hindari Rasa
Jengkel
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak
kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia
sedang kelelahan, saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar,
dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman
ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.
14. Jangan
Menampar!
Tamparan keras yang Anda berikan di wajahnya, akan
berpengaruh buruk bagi diri anak, juga Anda. Anak yang pernah ditampar
orangtuanya akan merasa lebih menderita, dari pada perasaan tidak dihargai atau
depresi sekalipun. Tindakan ini pun sekaligus bisa mengajarkan, secara tidak
langung pada anak, untuk menyelesaikan segala persoalan dengan cara kekerasan.
15. Jangan Menyuap
Jangan membiasakan memberi uang atau hadiah kepada anak
saat Anda memintanya untuk mengerjakan atau melarang sesuatu. Kebiasaan seperti
ini bisa membuat anak jadi tidak mau mengerjakan atau menghindari sesuatu, jika
belum diberi uang atau hadiah.
16. Bersikap
Dewasa
Bersenda gurau dengan cara melucu berlebihan, dengan
menggigiti atau menarik-narik rambut anak Anda, untuk menunjukkan rasa sayang,
merupakan tindakan yang salah. Bersikaplah sewajarnya, sebagai orang dewasa
seperti menggenggam tangannya, memeluknya, atau memberikan ciuman di kedua pipi
atau kepalanya.
17. Hadapi
Rengekan
Katakan kepada anak-anak untuk tidak merengek saat
meminta sesuatu dan tegaskan pula, Anda tidak akan mengabulkan permintaannya
jika disampaikan dengan cara merengek atau menangis. Kecuali, jika dia meminta
sesuatu dengan sikap yang manis dan sopan.
18. Contoh Baik
Jika suatu kali anak Anda pernah memerogoki Anda sedang
berdebat dengan pasangan tanpa menggunakan kekerasan, dia akan meniru sikap
baik itu. Tapi, jika Anda dan pasangan bertengkar dengan saling menghina,
memukul, atau berteriak, anak Anda akan meniru sikap-sikap buruk itu di
kemudian hari.
Dari 18 trik di atas, yang terpenting, Anda harus
mengerti terlebih dulu kondisi anak-anak. Berusaha untuk membuatnya menjadi
lebih disiplin, tanpa memahami bagaimana dan apa yang dia lakukan, sama halnya
seperti menuangkan sirup ke dalam botol tertutup. Dengan kata lain, gratis saja
dan hanya akan memperburuk keadaan di kemudian hari. Hubungan dan komunikasi
yang baik dengan anak memang sangat perlu dilakukan. Yang bisa Anda lakukan
segera untuk mengatasi masalah ini, yaitu Anda hanya perlu bertanya kepada
anak, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dia berbuat begitu. Pada beberapa
kasus, anak-anak dapat berterus terang tentang masalahnya kepada orangtua.
Namun, jika dia tak mau berterus terang, sementara Anda tidak memiliki cara
lain untuk bertindak, tetaplah berpikir positif.
Sumber : http://bldirgantara.blogspot.com/2012/06/trik-mendisiplinkan-anak.html
No comments:
Post a Comment