Artikel Menarik Lainnya

Slider

Tahukah Kamu

Humor

Asmara

Kesehatan

Renungan

Gaya Hidup

Biografy

Peninggalan Bersejarah Belanda Dan Aceh

ACEH- seperti yang kita tau bahwa aceh di kenal dengan sebutan serambi mekkah karena pada aceh ini memang terkenal dengan mayoritas dengan penduduk yang beragama musli.” Dulu aceh ini menjadi jalur untuk para umat-umat islam di Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji ke mekkah.” Ujar Tajri taufiqurrahman, Mahasiswa ilmu komunikasi UNIMAL.

Di balik kisah tentang sebutan serambi mekkah tersebut, Aceh juga mempunyai sejarah yang amat penting kita ketahui di mana pada masa penjajahan Belanda di Indonesia selama 350 tahun, Khususnya di daerah Aceh terdapat peninggalan yang penting yaitu kuburan Kerkhoff yang terdapat di daerah Banda Aceh ( NAD ) yang meninggalkan banyak sekali kisah-kisah penjajahan dan perjuangan bangsa aceh terhadap penjajahan belanda di Indonesia khusunya di wilayah Aceh.

Pada kuburan tersebut terdapat sekitar 2.200  tentara Belanda dan juga 4 jenderal Belanda, salah satu jenderal yang memimpin penyerangan yaitu Johan Harmen Rodolf Kohler.Perang Aceh ini berlangsung pada 1873-1904, sebuah perang dimana dalam sejarah Belanda, inilah perang yang paling pahit melebihi pahitnya pengalaman mereka dalam Perang Napoleon, kuburan kerkhoff ini juga telah menjadi tempat berkunjungnya wisatawan untuk lebih meengenal dan mengetahui langsung bagaimana hebatnya peperangan dan perjuangan bangsa aceh terhadap penjajahan belanda.

Banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi pada waktu itu dimana belanda pernah berhasil menguasahi masjid baiturrahman pada 1873-1874 memang itu tidak berlangsung lama karena adanya perjuangan merebut kembali Masjid Agung Baiturrahman. Perang terus berkecamuk hingga empat periode dari 1873 sampai 1910. Dengan metode perang gerilya akhirnya pejuang Aceh membuat Belanda menyerah dan meninggalkan Tanah Rencong. Cut Nyak Dhien yang memimpin penyerangan tersebut terus berjuang melawan kolonialisme hingga akhirnya ditangkap, diasingkan dan wafat di Sumedang, Jawa Barat.Asal Mula Bangsa Aceh

Pada kuburan tersebut Nama-nama serdadu yang meninggal itu terukir dengan rapi pada relief dinding gerbang. Setiap relief memuat 30 nama serdadu, daerah pertempuran dan tahun mereka mengembuskan napas terakhir. Kejadiannya berkisar antara tahun 1873 – 1910. Nah, yang anda perlu ketahui juga bahwa Di antara nama-nama yang terpampang rapi tersebut, ada beberapa prajurit yang berasal dari Jawa, Manado, dan Ambon. Menurut cerita mereka dulunya tergabung dalam tentara Marsose.People Of ACEH

Walaupun kisah tersebut membuat bekas mendalam dalam hati bangsa aceh karena peperangan dan juga penjajahan belanda, namun bangsa aceh tidak mau menyimpan rasa dendam yang mendalam mereka bangsa aceh juga memberikan belas kasih terhadap peninggalan kuburan kerkhoff dengan selalu peduli dan selalu merawat kuburan kerkhoff.Hingga saat ini Pemerintah Kerajaan Belanda sangat haru dan menghormati warga Banda Aceh yang merawat dengan rapi kuburan tersebut.

Jenis - Jenis Tarian Tradisional Aceh

Seni tari tradisional aceh dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata dengan tersedianya tenaga kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada didamping itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.
 
Seni budaya yang dimiliki menjadi paket-paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya tersendiri,proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian masyarakat aceh.yang islami dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas dalam berbagai tarian, baik sedati saman,debus,ranup lampuan dan taraian tradisional lainnya.
Berikut ini seni tari yang ada di aceh antara lain :

Tari Saman
Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman, beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh dengan iringan gerakan–gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
 
Tari Laweut
Laweut berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan pembangunan.

Tari Tarek Pukat
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
 
Tari Cangklak
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.
 
Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala bersamaan d paparkan menjadi satu mneuji manfaat bagi kehidupan.
 
Musik Seurune Kalee
Seurune Kalee adalah suatu alur kesenian yang sangat digemari di Aceh. Seurune Kalee dalam bahasa Indonesia adalah seruling.Pemain Seurune Kalee terdiri dari satu orang peniup seurune, satu orang pemukul gendang dan tiga orang pemukul rapai, pemain memakai pakaian adat aceh “modifikasi” seragam warna hitam dan lilitan kain bermotif aceh, sekarang musikk seurune kale di kehormatan dan mengiringi tarian tradisional lainnya.
 
Rapai Daboh
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai), dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
 
Tari Seudati
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.

Tari Rapai Geleng
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan menyenangkan.
 
Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.
 
Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
 
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.
 

Asal Mula Nama Sabang Dan Pulau Weh

Berbicara mengenai sejarah, nama Sabang sendiri berasal dari bahasa arab, Shabag yang artinya gunung meletus. Mengapa gunung meletus? mungkin dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi dan Gunung berapi di dalam laut Pria Laot.

Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli bumi Yunani, Ptolomacus berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut.Pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di sebuah pulau dan menamainya Pulau Emas, pulau itu yang dikenal orang sekarang dengan nama Pulau Weh.

Sedangkan Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa aceh, ”weh” yang artinya pindah, menurut sejarah yang beredar Pulau Weh pada mulanya merupakan satu kesatuan dengan Pulau Sumatra, karena sesuatu hal akhirnya Pulau Weh, me-weh-kan diri ke posisinya yang sekarang. Makanya pulau ini diberi nama Pulau Weh.
 
Peta Sabang Tempo Doeloe

Ada cerita yang aku dengar dari temanku, Radzie yang mendengar dari warga di Gampong Pie Ulee Lheueh, Pulau Weh sebelumnya bersambung dengan Ulee Lheue. Ulee Lheue di Banda Aceh sebenarnya adalah Ulee Lheueh (yang terlepas). Beredar kabar juga Gunung berapi yang meletus dan menyebabkan kawasan ini terpisah. Seperti halnya Pulau Jawa dan Sumatera dulu, yang terpisah akibat Krakatau meletus.

Menurut teman-teman yang berasal dari luar nanggroe (LN), pulau weh terkenal dengan pulau we tanpa h. ada yang berfikiran kalau pulau weh diberi nama pulau we karena bentuknya seperti huruf W. hah?!!kamu juga berpikir seperti itu?ngga salah juga sech.

Yang paling penting bagi sejarah Pulau Weh adalah sejak adanya pelabuhan di Kota Sabang. Sekitar tahun 1900, Sabang adalah sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Kemudian belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Singapura. Namun, di saat Kapal laut bertenaga diesel digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan Sabang pun mulai dilupakan.

Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri, perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1986 dengan alasan menjadi daerah yang rawan untuk penyelundupan barang.
Jendral Besar VOC, JP.Coen ketika di Sabang

Puspa Theater Lhokseumawe, Bioskop Yang Jadi Bangunan Tua

BEBERAPA spanduk terpampang di muka bangunan bekas bioskop itu. Bukan. Spanduk itu bukan berisi promosi film yang bakal diputar pekan depan. Spanduk itu milik pedagang rokok dan loper koran yang membuka lapak depan gedung tua tersebut.

Gedung tiga lantai itu sudah terlantar selama lebih kurang 20 tahun. Dulunya dalam bangunan itu muda-mudi Lhokseumawe dan Aceh Utara menikmati pemutaran film layar lebar.
Ya, Puspa Theater, begitu nama bioskop yang terletak di deretan pertokoan Jalan Sukaramai, Lhokseumawe. Bioskop yang pernah berjaya itu telah berubah menjadi bangunan tua bak “rumah hantu”.

“Dulu sering diputar film-film India dan film barat di situ, anak muda yang datang untuk menonton pun cukup ramai,” ujar Nurdin, warga Gampong Mon Geudong, Banda Sakti, Lhokseumawe yang bekerja di Toko Teknik, seberang jalan depan Bioskop Puspa.
Pelanggan Puspa Theater, termasuk anak-anak sekolah yang memanfaatkan hari libur untuk menonton film. “Dulu belum ada VCD dan sejenisnya, siaran televisi yang khusus memutar film-film juga tidak ada, makanya ramai pengunjung bioskop,” kata Nasir, warga Simpang Kramat, Aceh Utara.

Ketika konflik bersenjata melanda Aceh, kata Nurdin, Puspa Theater pun redup hingga tutup.
Di depan gedung itu kini hanya ada penjual koran, tabloid, majalah dan rokok.
“Saya jualan di sini sejak tahun 1996, waktu itu bioskop Puspa sudah tutup, mungkin tutup sejak tahun 1992,” ujar Usman A Wahab, loper koran yang membuka lapak depan gedung itu.
Sepengetahuan Usman, dulu bangunan tersebut milik seorang pengusaha bernama Ibrahim yang kemudian dibeli oleh warga turunan Cina.

“Saya dengar gedung ini nantinya akan difungsikan kembali, tapi saya tidak tahu kapan dan untuk apa. Apakah masih untuk bioskop atau lainnya kami tidak tahu pasti,” kata Usman.
Dalam gedung bekas Bioskop Puspa ini hanya tersisa beberapa kursi. “Apa mungkin ada yang mau buka bioskop lagi di sini,” Usman bertanya. Entahlah!Sumber 

Asal Mula Bangsa Aceh

Aceh...tentu anda sudah sering mendengar nama Aceh , yang sekarang hanya sebuah provinsi dari Negara Republik Indonesia, tapi tahukah anda asal mula Bangsa Aceh dari mana...?

Aceh adalah sebuah bangsa yang sudah ada sejak 2.500 tahun yang lalu dan sudah dikenal sejak abad ke-5 M dengan kerajaan Poli yang berada di pantai Sigli (Aceh Pidie), Aceh adalah bangsa yang unik yang terdiri dari multikultur suku dan bahasa serta budaya, Aceh adalah negeri yang penuh julukan Aceh negeri serambi mekkah, Aceh negeri tanah rencong, Aceh negeri syariat Islam, Aceh negeri sejuta warung kopi dan sebagainya.

Menurut salah satu sumber dikalangan peneliti sejarah dan antropologi seperti yang saya kutip dari Cakradonya, bahwa asal usul Bangsa Aceh berasal dari suku Mantee yang hidup di rimba raya Aceh yang memiliki ciri-ciri postur tubuh agak kecil dibandingkan dengan orang Aceh sekarang. menurut prakiraan suku mantee ini mempunyai hubungan terkait dengan suku bangsa Mantera di Malaka yang merupakan bagian dari bangsa Monk Khmer dari hindia belakang.Seprti anda lihat persamaan yang ada dalam jiwa-jiwa orang Aceh dengan orang Khmer yaitu semangat dan api revolusi yang menyala-nyala.

Kembali pada sejarah masa lalu disini kita lihat Pengaruh pertama terhadap bangsa Aceh datang dari bangsa India yang membawa ajaran Hindu dan Budha masuk ke Aceh sekitar 2.500 tahun yang lalu, bangsa India telah membuat perkampungan di Aceh, mereka datang melalui pesisir pantai utara Aceh. Sangat beranekaragamnya sumber-sumber yang mengingat pelabuhan-pelabuhan dagang itu, dimana diperoleh informasi dari Cina, Arab, India, bahkan Eropa, adalah bukti yang cukup kuat bahwa tempat itu memang dari dahulu kala sudah merupakan persimpangan internasional yang sangat strategis di apit oleh samudera hindia dan selat malaka.

Dalam perjalanan sejarah seperti kita ketahui sekitar tahun 500 Masehi di Aceh telah berdiri satu kerajaan yang di kenal internasional yang bernama kerajaan Poli, kerajaan Poli ini berada di pantai Sigli, Aceh Pidie dan Dan pada akhir abad 13 tercatat bahwa kerajaan Samudera pasai yang didirikan oleh Meurah Silo yang kemudian bergelar Sultan Malikus-Saleh hingga Sulthan Ali Mughayat Syah Seorang raja Aceh yang lebih lihai dan beruntung dari raja-raja sebelumnya, berhasil memproklamirkan KERAJAAN ACEH DARUSSALAM pada hari Kamis, 21 Dzulqaidah 916 H atau 20 Februari 1511 ( menurut salah satu sumber sang sulthan sudah berkuasa mulai tahun 1496 ) dan Aceh menjadi salah satu dari SUKU ADI DAYA dikawasannya yang merupakan salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia pada masa itu dan Aceh mencapai puncak kejayaan yang gilang gemilang di jaman keemasan Sulthan Iskandar Muda. Sejarah Kerajaan Aceh Darussalm terukir selama 407 tahun dibumi Ilahi ini yang berakhir dimasa sulthan Muhammad Daud Syah pada tahun 1903.

Aceh sepanjang sejarah seindah lukisan dalam kanvas lukisan Sayed Dahlan Al Habsyi kini hanyalah sebuah provinsi yang menjadi salah satu selir dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

People Of ACEH

Siapakah Orang Aceh ??

Pada pertengahan April 2008 saya bergabung dengan Sunspirit For Justcice and Peace, sebuah lembaga swadaya masyarakat lokal-nasional yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan perdamaian berbasis komunitas di wilayah Aceh Barat.

Awalnya saya agak keberatan ketika diajak bergabung, lantaran image tentang Aceh dalam ruang kepala saya dilukiskan sebagai sebuah wilayah yang mengerikan, penuh pergolakan dan bergejolak. Kesan ini tentunya amat beralasan bagi seseorang yang belum pernah mengenal Aceh secara lebih dekat dan mendalam seperti saya.

Namun, rasa penasaran dan keingintahuan saya selalu mendesak untuk mencobanya. Ketakutan dan kengerian justru melenyap perlahan ketika bermunculan aneka cerita seputar Aceh yang justru melahirkan tanda tanya dan mengundang keingintahuan. Ada cerita seputar kelamnya konflik TNI- GAM, yang menarik bagi saya seputar cerita ini adalah bagaimana orang Aceh memahami perang.

Ada pula cerita seputar kelamnya gempa dan tsunami yang melanda Aceh, yang ingin saya tahu adalah bagaimana orang Aceh memahami tsunami dan apakah ada keajaiban yang tercipta darinya. Atau jangan-jangan tsunami itu sendiri adalah keajaiban. Ada pula cerita dan gambaran tentang Aceh sebagai negeri Serambi Mekah di satu sisi dan di sisi lain digambarkan sebagai ‘kebun’ ganja; yang menarik dari kebertolakbelakangan ini bagi saya adalah bagaimana orang Aceh menghayati hidup keagamaannya.

Inilah beberapa cerita, dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam ruang kepala saya, yang selanjutnya mendesak saya untuk meninggalkan rasa takut dan ngeri, lantas dengan lapang dada mengunjungi negeri seribu mesjid ini dan memulai berkarya untuk masyarakat. Saya mengawali perjumpaan dalam karya dengan perkenalan. Perlahan-lahan saya mencoba untuk mengenal lebih dekat dengan situasi dan karakter orang Aceh melalui kisah-cerita Snouck Hurgronje dalam ‘Aceh, Rakyat dan adat Istiadatnya’ (1997).

Kisahnya detail obyektif dan konprehensif, tetapi belakang hari saya baru tahu kalau Hurgronje dibenci di Aceh, lantaran kemenduaannya dalam mempelajari Aceh. Di satu sisi mencoba mempelajari agama dan adat kebiasaan orang Aceh, tetapi pada saat yang sama katanya dia adalah mata-mata Belanda. H. Ridwan Saidi seperti yang ditulis Rizki Rydyasmara dalam ’Gerilya Salib di Serambi Mekkah, dari Zaman Portugis sampai Pasca-Tsunami’ mengatakan bahwa ’Snouck Hurgronje merupakan seorang orientalis Belanda yang mempraktekkan strategi berpura-pura masuk Islam (Isharul Islam) untuk menangguk keuntungan pribadinya (Belanda)’

Figur Masyarakat Aceh, Idi.

Saya meninggalkan Hurgronje dan selanjutnya melakukan pendekatan secara lebih terlibat. Saya mengunjungi komunitas, membangun komunikasi dan berkenalan secara lebih dekat. Selain mendapatkan banyak cerita dan kisah yang menjawab semua rasa penasaran saya sejak awal, sesungguhnya Aceh itu sendiri khas dan unik.

Dalam kesempatan ini saya hanya melukiskan kekhasan dan keunikan Aceh yang saya jumpai dan alami dari karakter manusia dan budayanya. Bahwa sesungguhnya kekhasan orang Aceh jika diperbandingkan dengan kultur masyarakat lain di Indonesia adalah sikap militansi dan loyal atau patuh kepada pemimpin.

Bukan tanpa alasan jika saya menyebutkan dua hal di atas sebagai dua karakter yang paling menonjol dari orang Aceh.
  • Pertama, sikap militansi masyarakat atau orang Aceh sudah ditempa sejak ratusan tahun lalu, sejak pendudukan Belanda sampai konflik bersenjata antara GAM-RI. Semangat rela berkorban, berjuang dan berperang sampai titik darah penghabisan yang ditempa sekian lama itu lantas mengental, mengkristal jadi sebuah budaya yang melekat erat dalam setiap karakter masyarakat Aceh. Hal ini bisa dibaca melalui syair-syair do daidi, senandung peninabobo bayi yang mengajarkan dan mengajak sang bayi agar setelah besar nanti pergilah ke medan perang untuk berjuang membela bangsa (nanggroe).
  • Kedua, selain sikap militansi, sikap yang lain yang menonjol adalah loyal dan patuh pada pemimpin. Loyalitas dan kepatuhan bagi orang Aceh sebenarnya sebuah nilai dengan harga mahal. Sebab, agar orang Aceh menjadi loyal dan patuh, sang pemimpin haruslah jujur, setia kepada rakyatnya, tidak ingkar janji, bijak dalam pelayanan serta percaya kepada rakyat.
Saya cukup menyebut dua contoh di sini. Pertama, pada masa perjuangan merebut kemerdekaan orang Aceh rela memberikan segala harta bendanya kepada Indonesia lewat sebuah pesawat bernama RI 01 yang kita tahu sekarang dimuseumkan di Taman Mini Indonesia Indah. Inilah bukti kepatuhan dan loyalitas orang Aceh terhadap Soekarno karena beliau menjanjikan penetapan syariat Islam di Aceh. Janji itu disampaikan Soekarno kepada Tengku Daud Beureuh pada 16 Juni 1948.
Figur Masyarakat Aceh Zaman Kolonial
Kedua, Aceh memberikan kemenangan telak kepada partai Demokrat dan secara khusus kepada SBY dalam pilpres 2009. Tercatat 93% masyarakat Aceh memilih SBY. Ini juga bukti kepatuhan dan loyalitas orang Aceh terhadap SBY, karena dalam masa pemerintahannya SBY telah memberikan sesuatu yang berharga untuk Aceh yakni perdamaian.

Saya menyebut sikap loyal dan patuh orang atau masyarakat Aceh terhadap pemimpin sebagai sebuah harga yang mahal karena sang pemimpin jangan sekali-kali ingkar janji. Jika sampai hal itu terjadi bukan tidak mungkin masyarakat atau orang Aceh akan memberontak dan bahkan menyimpan dendam yang panjang. Fakta sejarah sudah membuktikan itu. Kebaikan orang Aceh melalui pesawat RI 01 dan ribuan nyawa mati di medan perang demi mempertahankan kesatuan NKRI pada masa merebut kemerdekaan justru dibalas dengan ‘tuba’ oleh Soekarno.

Soekarno inkar janji. Sebagai reaksi terhadap pemerintah pusat yang acuh tak acuh, pada tanggal 21 September 1953 Tengku Daud Beureuh akhirnya memproklamasikan Aceh sebagai Negara Islam (Darul Islam) walau tetap menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia

Belajar dari fakta sejarah masa lulu, SBY yang sekarang dipercayakan oleh mayoritas masyarakat Aceh hendaknya membangun silaturahmi yang baik dengan masyarakat Aceh. Sebab bisa saja terjadi, jika kepercayaan itu tidak dihargai, maka Aceh akan bergejolak lagi. Prediksi ini memang jauh panggang dari api, tetapi sikap awas SBY atas semua janjinya mesti perlu dibuktikan.

Figur Masyarakat Aceh Masa Perang Aceh

Itulah gambaran singkat perjumpaan saya dengan masyarakat Aceh sampai akhirnya saya menjumpai Dr. Mohd Harun lewat ’Memahami orang Aceh’ (April 2009) Kajiannya atas masyarakat Aceh dari penggalan syair hadih maja seperti meneguhkan sedikit perjumpaan saya dengan masyarakat Aceh. Menurutnya ada lima prototipe watak orang Aceh.
  • Pertama adalah reaktif artinya sebagai sebuah sikap awas atas harga diri yang keberadaanya dipertaruhkan dalam konstelasi sosial budaya. Orang Aceh sangat peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Orang Aceh tidak suka diusik apalagi diejek, ’Aceh han me ceb’ (Aceh pantang diejek) sebab, karena kalau tersinggung dan menanggung malu reaksi yang timbul adalah akan dibenci dan bahkan menimbulkan dendam.
  • Kedua adalah militan artinya memiliki semangat juang yang tinggi, bukan hanya dalam memperjuangkan makna hidup tetapi juga dalam mempertahankan harga diri atau eksistensinya. ’Rencong peudeueng pusaka ayah, rudoh siwah kreh peunulang. Nibak udep dalam susah, bah manoe darah teungoh padang’ (Rencong, pedang pusaka ayah, rudoh, siwah keris warisan. Daripada hidup di dalam susah, biar bermandikan padang di tengah padang)
  • Ketiga adalah optimis hal ini tampak dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Orang Aceh beranggapan bahwa setiap pekerjaan yang kelihatan sulit dan berat harus dicoba dan dilalui. ’Siploh pinto teutob, na saboh nyang teubah’ (sepuluh pintu tertutup, ada satu yang terbuka). 
  • Keempat adalah konsisten. Hal ini tampak dalam sikap dan pendirian yang tidak plin plan, tegas, taat asas apalagi jika berkaitan dengan harga diri dan kebenaran. ’Cab di batee labang di papeuen, lagee ka lon kheun jeut metuba’ (cap di batu paku di papan, seperti sudah kukatakan tak boleh bertukar)
  • Kelima adalah loyal. Hal ini amat berkaitan dengan kepercayaan. Jika seseorang , lebih-lebih pemimpin, menghargai, mempercayai, tidak menipu, tidak mencurigai orang Aceh maka mereka akan mebaktikan diri sepenuhnya kepada sang pemimpin.’Adak lam prang pih lon srang-brang. Bah mate di blang ngon sabab gata’ (walau dalam perang pun saya berkorban, biarlah mati dalam perang demi anda).